Penulis: Leni Fairus
Penulis adalah seorang Guru Pendidikan Agama Islam dan BP di SMP Negeri 4 Kendawangan, saat ini masih aktif mengajar di SMP Negeri 4 Kendawangan
Menjadi orang tua adalah amanah mulia yang memerlukan tanggung jawab moral dan spiritual, terutama di era digital yang penuh tantangan. Mengasuh anak di tengah kemajuan teknologi dan informasi menuntut orang tua untuk terus beradaptasi, menyesuaikan metode pendidikan dengan perkembangan zaman, serta membangun karakter dan nilai-nilai yang kokoh. Dengan tekad dan upaya yang konsisten, serta bersandar pada petunjuk Allah, kita dapat mengarahkan generasi muda menjadi pribadi yang sholeh dan sholeha, siap menghadapi tantangan masa depan. Seperti yang diingatkan, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.”
Leni Fairus
Menjadi orang tua adalah kodrat yang telah diberikan Allah swt kepada setiap insan terpilih. Mengapa demikian? Karena tidak semua pasangan yang telah terikat dalam jalinan suci yang bernama pernikahan memiliki kuasa untuk menghadirkan buah hati dalam keluarga yang mereka bina.
Dan bagi orang tua yang telah dipercayai dengan anak dan keturunan mereka, sudah tentu memiliki tanggung jawab moral dan spiritual dalam membimbing, mengasuh, memberikan kehidupan yang layak hingga mengantarkan anak dan keturunan mereka sholeh dan sholeha.
Di era digital yang serba cepat dan penuh perubahan ini, menjadi orang tua menghadirkan tantangan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Teknologi dan media digital menawarkan banyak manfaat, namun di sisi lain, orang tua dihadapkan pada kesulitan mengelola dampaknya terhadap anak-anak.
Oleh karena itu menjadi orang tua saja tidak cukup. Kita perlu mengembangkan serta meningkatkan kompetensi sebagai “orang tua super” sebagaimana zaman yang terus menuntut kita berubah.
Harapan untuk menjadi “orang tua super” yang dapat mengatasi semua masalah dan melindungi anak dari pengaruh negatif teknologi sering kali terasa sangat berat.
Ada sebuah kalimat yang telah diucapkan junjungan kita Rasulullah saw beberapa abad yang lalu;
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” diriwayatkan oleh Ali Bin Abi Thalib.
Meskipun kalimat ini sering dirujuk sebagai hadis, sebenarnya tidak terdapat riwayat yang sahih yang secara langsung menyatakan kalimat tersebut dalam bentuk hadis. Namun, makna yang terkandung dalam ungkapan ini sejalan dengan prinsip pendidikan dalam Islam yang mengajarkan pentingnya menyesuaikan cara mendidik anak dengan kondisi dan kebutuhan zaman.
Kalimat itu sangat relevan dengan kondisi di jaman ini. Hal ini dapat kita pertimbangkan melalui pemahaman dan makna di bawah ini:
Pendidikan yang Relevan
Dalam konteks pendidikan, orang tua diharapkan mampu mengajarkan anak sesuai dengan perkembangan zaman dan tantangan yang dihadapi. Ini termasuk penguasaan teknologi, pemahaman tentang perubahan sosial, serta nilai-nilai moral yang tetap relevan.
Adaptasi terhadap Lingkungan
Mengajarkan anak untuk memahami dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, baik secara sosial maupun teknologi, sangat penting agar mereka dapat menghadapi tantangan di masa depan.
Membangun Karakter
Meskipun pendidikan harus disesuaikan dengan zaman, prinsip dasar pendidikan dalam Islam tetap berfokus pada pembentukan akhlak dan karakter yang baik. Ini adalah nilai-nilai yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Persiapan untuk Masa Depan
Dengan mendidik anak sesuai dengan zamannya, orang tua membantu mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada di dunia modern, sehingga mereka dapat berkontribusi secara positif di masyarakat.
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat Islam telah memberikan gambaran yang jelas dan nyata bagi setiap orang tua tentang pola asuh yang sesuai dalam tuntunan agama Islam, seperti yang tertuang dalam ayat-ayat di bawah ini:
Karena apa yang Allah takdirkan untukmu, maka itulah amanah yang harus ditunaikan. (QS. Al-Anfal ayat 27-28), amanah mendidik anak tidaklah ringan, maka jagalah amanah dengan sebaik-baiknya sebab Allah menjanjikan balasan pahala yang besar bagi orang-orang yang senantiasa memelihara amanah.
Allah tidak membebanimu melampaui kemampuanmu, maka bersungguh-sungguhlah
Terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 233, At-Tagabun ayat 16, Al-Imran ayat 102, Al-hajj ayat 78, keinginan mempunyai anak merupakan janji kepada Allah, maka tepatilah janji dengan mendidik anak sebaik-baiknya.
Jangan berharap kebaikan dari anak-anakmu, bila tidak mendidik mereka menjadi anak-anak yang sholeh
Di dalam QS. Hud ayat 46, Maryam ayat 59, upaya mendidik anak adalah kewajiban yang dibebankan kepada orang tua dengan hasil mutlak dalam ketentuan Allah.
Didiklah anak-anakmu sesuai fitrahnya
Pada QS. Ar-Rum ayat 30, pentingnya keteladanan orang tua dalam mendidik anak-anaknya yang mensyaratkan satunya kata dan perbuatan.
Janganlah berhenti mendidik sampai kematian memisahkanmu
Pada QS. Al-Hijr ayat 99, orang tua sebagai penanggung jawab dalam mendidik anak tidak semata-mata berfikir hasil akhir dari usahanya, sebab yang menentukan semuanya adalah Allah.
Sebagaimana al-Qur’an telah memaparkan bagaimana tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua, maka kita perlu untuk meningkatkan kualitas diri agar mampu mengantarkan generasi muda sebagai ujung tombak di masa depan.
Beberapa alasan mengapa kita perlu menjadi “Orang Tua Super” di era digital, serta tantangan yang harus dihadapi
Eksposur Berlebihan terhadap Teknologi
Anak-anak zaman sekarang tumbuh di lingkungan yang didominasi oleh teknologi, mulai dari smartphone, tablet, hingga komputer. Akses mudah terhadap internet, media sosial, dan game online membuat mereka terbiasa dengan dunia digital sejak dini. Meskipun teknologi dapat memberikan edukasi dan hiburan yang bermanfaat, anak-anak juga rentan terhadap konten negatif, seperti kekerasan, pornografi, dan pergaulan bebas. Mengontrol apa yang mereka konsumsi secara digital menjadi tantangan besar bagi orang tua, terutama jika anak sudah terbiasa dengan akses tanpa batas.
Kecanduan Gadget dan Media Sosial
Salah satu masalah utama di era digital adalah kecanduan gadget dan media sosial. Banyak anak yang menghabiskan waktu berjam-jam bermain game online atau scrolling media sosial, yang dapat mengganggu rutinitas belajar, waktu bersama keluarga, bahkan kesehatan fisik dan mental mereka. Orang tua sering kali merasa kesulitan untuk membatasi penggunaan gadget tanpa menimbulkan konflik atau perlawanan dari anak-anak.
Tekanan untuk Menjadi Orang Tua “Serba Tahu”
Teknologi terus berkembang, dan anak-anak sering kali lebih cepat beradaptasi dengan perubahan ini dibandingkan orang tua. Banyak orang tua merasa tertinggal dalam memahami teknologi yang digunakan anak-anak mereka, mulai dari aplikasi, platform media sosial, hingga alat-alat digital lainnya. Harapan untuk menjadi orang tua yang “serba tahu” dan bisa mengawasi anak dalam dunia digital sering kali menjadi beban, karena sulit bagi orang tua untuk selalu up-to-date dengan tren terbaru di dunia teknologi.
Pengaruh Negatif dari Lingkungan Digital
Di dunia digital, anak-anak bisa terpapar cyberbullying, penipuan online, atau bahkan predator daring yang bisa membahayakan keselamatan mereka. Orang tua menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa anak-anak mereka aman saat berinteraksi di dunia maya. Selain itu, media sosial sering kali memberikan tekanan kepada anak-anak untuk tampil sempurna, yang dapat menyebabkan masalah harga diri, kecemasan, dan bahkan depresi.
Tantangan dalam Menyeimbangkan Waktu
Di era digital, batas antara pekerjaan, hiburan, dan keluarga sering kali menjadi kabur. Orang tua juga sering kali terpaku pada layar—entah untuk bekerja, bersosialisasi, atau mendapatkan hiburan—yang dapat mengurangi kualitas interaksi dengan anak. Menyeimbangkan waktu antara dunia digital dan waktu berkualitas bersama keluarga menjadi semakin sulit di tengah kesibukan sehari-hari.
Tekanan Sosial dan Ekspektasi Masyarakat.
Orang tua di era digital sering kali merasakan tekanan sosial untuk menjadi sempurna. Media sosial memunculkan standar-standar yang tidak realistis tentang bagaimana seharusnya seorang orang tua berperan. Dari cara mengasuh anak hingga pilihan pendidikan dan gaya hidup, banyak orang tua merasa terbebani oleh ekspektasi masyarakat. Foto-foto keluarga “sempurna” yang terlihat di media sosial sering kali membuat orang tua merasa kurang memadai jika tidak bisa memenuhi standar tersebut.
Kesulitan dalam Menjaga Privasi Anak
Di era digital, data pribadi anak-anak dapat dengan mudah terekspos jika tidak dikelola dengan hati-hati. Banyak aplikasi, situs web, dan platform media sosial yang mengumpulkan data anak tanpa sepengetahuan orang tua. Orang tua harus lebih waspada terhadap privasi anak-anak mereka di dunia maya, namun sulit untuk mengawasi setiap aspek dari aktivitas online anak-anak, terutama jika mereka sudah memiliki akses yang luas terhadap internet.
Kurangnya Pedoman dan Sumber Daya untuk Orang Tua
Banyak orang tua merasa kebingungan dalam mendidik anak di era digital karena kurangnya pedoman yang jelas tentang bagaimana cara membatasi atau mengelola penggunaan teknologi. Walaupun ada banyak artikel dan sumber daya online, tidak semuanya memberikan solusi yang praktis dan aplikatif bagi setiap keluarga. Tidak ada panduan universal yang bisa diterapkan di semua situasi, karena setiap keluarga memiliki dinamika yang berbeda.
Perubahan Pola Interaksi Sosial Anak
Anak-anak di era digital lebih cenderung berinteraksi secara online dibandingkan dengan tatap muka. Hal ini bisa mengganggu kemampuan mereka dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan memahami nilai-nilai komunikasi yang efektif. Orang tua merasa khawatir bahwa interaksi sosial anak-anak mereka terbatas pada dunia maya, dan kehilangan kesempatan untuk membangun keterampilan sosial secara langsung.
Ketergantungan pada Teknologi dalam Pendidikan
Sistem pendidikan modern sering kali menuntut anak untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran, mulai dari tugas-tugas yang harus diselesaikan secara daring hingga interaksi dengan guru melalui platform pembelajaran online. Meskipun ini membawa banyak manfaat, orang tua merasa sulit untuk memantau penggunaan teknologi anak-anak dalam konteks pendidikan tanpa membuat mereka tergantung pada gadget.
Bagaimana Menghadapi Tantangan Ini?
Meskipun tantangan menjadi orang tua di era digital sangat berat, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi dampaknya:
Buat Aturan yang Jelas tentang Penggunaan Teknologi
Tetapkan batasan waktu penggunaan gadget dan pastikan anak-anak memiliki rutinitas yang seimbang antara aktivitas fisik, sosial, dan digital.
Gunakan Teknologi dengan Bijak
Ajarkan anak tentang penggunaan teknologi yang positif dan produktif, serta dampak negatif yang bisa timbul dari penyalahgunaan teknologi.
Libatkan Diri dalam Aktivitas Online Anak
Orang tua perlu terlibat dalam aktivitas digital anak-anak, seperti memeriksa aplikasi yang mereka gunakan, memonitor media sosial mereka, dan berdiskusi tentang keamanan di dunia maya.
Prioritaskan Waktu Berkualitas dengan Keluarga
Pastikan ada waktu bebas teknologi untuk berinteraksi dengan anak secara langsung, seperti waktu makan bersama atau aktivitas luar ruangan.
Jadilah Teladan dalam Menggunakan Teknologi
Orang tua juga harus memberikan contoh yang baik dalam penggunaan teknologi. Jika orang tua menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar, anak-anak cenderung akan meniru perilaku tersebut.
Bagaimana pun teori di atas dipaparkan dan dijadikan referensi dalam mendidik anak dan keturunan kita, tetapi segala sesuatunya kita kembalikan kepada Allah Azza Wa jalla. Karena tugas kita semata-mata berusaha, berdoa dan berikhtiar demi tumbuh kembang generasi islami demi masa depan gemilang.
Wallahu a’lam bish-shawab.